19.8.21

6 Hal Ini Terjadi pada Tubuh Jika Tidak Berhubungan Intim

Apakah kamu tahu jika tidak berhubungan seks dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah pada kesehatan? Berhubungan seks memang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, tidak semua orang bisa melakukan aktivitas yang satu ini karena banyak hal. Ketahui beberapa efek samping bagi kesehatan jika seseorang tidak melakukan hubungan seks dalam jangka waktu yang lama! 

1. Mengalami Disfungsi Ereksi 
Pria berusia 50-70 tahun yang tidak aktif secara seksual akan mengalami peningkatan mengidap disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi sendiri merupakan ketidakmampuan penis mempertahankan ereksi saat sedang berhubungan seksual. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah akibat jarang berhubungan seksual. 

 2. Risiko Mengalami Kanker Prostat Akan Meningkat 

Pada pria yang mengalami ejakulasi dengan teratur saat berhubungan seks dapat menurunkan risiko terjadinya kanker prostat pada saat tua nanti. Hal ini dikarenakan ejakulasi secara teratur saat berhubungan seks mampu membersihkan cairan yang diproduksi oleh kelenjar prostat, sehingga mengurangi risiko terjadinya kanker prostat. 

3. Mengalami Kenaikan Tekanan Darah 
Seseorang yang jarang melakukan hubungan seksual akan mengalami risiko lebih tinggi untuk mengidap tekanan darah tinggi. Pada seseorang yang rajin berhubungan seks, pembuluh darah akan melebar, dengan begitu pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel-sel dalam tubuh akan meningkat. Hal ini dapat mencegah risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah. 

4. Risiko Mengalami Stres Akan Meningkat 


Melakukan hubungan seksual secara rutin juga dapat mencegah terjadinya stres pada seseorang. Pasalnya, berhubungan seks dapat meningkatkan endorfin yang berguna untuk mengendalikan stres dan gangguan emosional. Selain itu, seseorang yang rutin melakukan hubungan seksual juga akan mempunyai kualitas tidur yang baik, sehingga terhindar dari stres. Jadi, saat sedang stres tidak ada salahnya untuk berhubungan seks agar beban pikiran sedikit berkurang. 

5. Melemahnya Sistem Kekebalan Tubuh 
Berhubungan seks dapat memicu keluarnya hormon DHEA (dehydroepiandrosterone) yang berguna dalam meningkatkan kekebalan tubuh. Seseorang yang melakukan hubungan seks secara teratur, yaitu dua sampai tiga kali dalam seminggu akan memiliki kadar antibodi dalam tubuh yang lebih tinggi ketimbang seseorang yang tidak rutin melakukan hubungan seks. 

6. Risiko Mengalami Penyakit Jantung Akan Meningkat


Mengapa hubungan seks dan orgasme bisa dikaitkan dengan
kesehatan jantung? Hal ini dikarenakan hubungan seksual juga merupakan bentuk lain dari latihan olahraga, yang dapat melatih kekuatan dan keseimbangan otot-otot jantung. Hal ini dapat menurunkan risiko seseorang mengidap serangan jantung dan stroke. Meski banyak manfaat yang dapat kamu nikmati ketika rutin melakukan hubungan seksual, jangan lupa untuk selalu menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan dengan kandungan gizi seimbang. Selain itu, lakukan hubungan seks dengan cara yang aman guna mencegah terjadinya penyakit menular seksual.

11.8.21

PENGOBATAN COVID LAHIR DARI INDONESIA

 

DR dr Karina

(Setelah plasma konvalesen, kemudian vaksin Nusantara, sekarang terapi aaPRP)


SAYA minta maaf kepada Karina. "Maafkan kalau saya baru kenal Anda sekarang," ujar saya pada Si rambut keriting yang cantiknya bertambah-tambah karena gaya rambutnya itu.

Saya tulus. Harusnya saya sudah menulis tentang Karina enam bulan yang lalu: ketika dokter ahli bedah plastik ini menemukan terapi ''aaPRP'' untuk pasien Covid-19.

 

Maafkan saya. Ilmu pengetahuan begitu penting, tapi saya begitu abai. Kok saya pilih menulis Perjuangan 2 T. Menunggu 2 T. Pusing 2 T. Bantuan 2 T. Sampai empat tulisan dalam seminggu. Seperti pandemi Covid baik-baik saja. Padahal yang meninggal akibat Covid menjadi yang tertinggi di dunia selama seminggu kemarin.

 

Itu bisa dicegah kalau saya memperhatikan Karina sejak enam bulan lalu. Setidaknya tiga bulan terakhir.

 

Apa yang ditemukan dan dilakukan Karina ini begitu pentingnya. Apalagi cara Karina ini orisinal Indonesia. Penemuan Karina sendiri. Pertama di dunia.

 

Juga: begitu murahnya –dibanding obat Actemsra yang langka itu.

 

Mungkin ada yang skeptis: Karina tahu apa. Dia kan ahli bedah plastik. Yang hanya memanjakan wanita yang ingin cantik.

 

Karina kini bukan hanya ahli bedah plastik. Dia saya anggap sudah menjadi ilmuwan penting yang harus diperhatikan Indonesia. Tinggal kita mau atau tidak. Kita cukup rendah hati atau tidak untuk mengakui kehebatan orang lain.

 

Dr dr Karina juga ahli stemcell. Dan kini bisa disebut ahli ''aaPRP''. Dia memberi tambahan ''aa'' di depan ''PRP''. Untuk terapi penyembuhan Covid-nya ini. Agar PRP tidak lagi hanya diasosiasikan dengan urusan kecantikan.

 

Bangganya lagi: Karina full produk lokal. Dia dokter lulusan UI. Spesialis di UI. S-2 di UI. Meraih gelar doktor juga di UI –di usia 45 tahun, 2019.

 

Suami Karina juga produk UI: dokter ahli kandungan. Sang ibu juga UI: dokter ahli kulit. Hanya ayahnya yang insinyur: ITB.

 

Kini Karina sudah memiliki hak paten: bagaimana bisa mendapatkan 1,5 miliar stemcell dari lemak pasien. Dia lah yang menemukan bagaimana caranya dan pakai enzim kadar berapa.

 

Saya akan menulis soal itu lain kali.

 

Sekarang soal ''aaPRP'' dulu.

 

Selama ini dr Karina memang sudah dikenal sebagai ahli PRP –semua wanita cantik tahu itu. Juga wanita yang ingin cantik.

 

Dokter Karina bisa mempermuda wajah wanita lewat PRP. Kalau ada yang mau saya juga bisa tulis lain hari.

 

Dari situlah dr Karina ''akrab'' dengan persoalan trombosit dalam darah. Dia terus melakukan penelitian. Dia tipe dokter yang tidak mau berhenti sebagai ilmuwan.

 

"Dokter itu ilmuwan. Tapi banyak dokter yang kemudian berhenti menjadi ilmuwan," ujar profesor saya di Tianjin, Tiongkok. Itu diucapkan bukan kepada saya, tapi kepada dokter yang lagi merawat saya –kok tidak kunjung bisa menemukan solusi keluhan saya.

 

Dr dr Karina sudah punya lab sendiri –lab dan klinik Hayandra. Singkatan dari nama tiga anaknyi: Hanif, Jan, dan Nandra. Lab milik Karina adalah satu yang terbaik di jenisnya di Indonesia.

 

Dari penelitian itu dr Karina tahu: trombosit itu kalau ''dikupas'' isinya protein. Yakni protein dari berbagai jenis. Ada protein antibiotik, anti inflamasi, protein penumbuh, protein anti bakteri, dan banyak lagi. Total lebih dari 1.000 jenis protein yang ada di dalam trombosit.

 

Ketika dr Karina melihat begitu banyak penderita Covid yang meninggal dunia, dia pun ingat: mengapa kandungan protein di dalam trombosit itu tidak dimanfaatkan. Kan bisa untuk menyembuhkan pasien Covid.

 

"Isi trombosit itu sudah seperti apotek besar," ujar dr Karina pada saya Sabtu siang lalu.

 

Maka berbagai pertanyaan terus menggoda otaknya: mengapa perlu pakai obat dari apotek kalau di dalam trombosit sudah ada obatnya.

 

Karina pun menghubungi dokter yang sedang kewalahan dengan pasien Covid. Untuk mencoba terapi temuannya itu. Sang dokter memang harus menemukan cara menyembuhkan pasien. Maka dicobalah infus jerohan trombosit yang sudah ''diolah'' di lab Hayandra.

 

Total biaya lab-nya hanya Rp 4,5 juta. Bandingkan dengan obat Actemra yang harganya sudah begitu liarnya. Belum tentu tidak beresiko pula.

 

"Protein anti radang yang ada di dalam trombosit dapat menanggulangi badai sitokin pada Covid-19," ujar dr Karina. "Di saat yang bersamaan, tubuh bisa membangun sel-sel yang dirusak virus dengan protein penumbuh," tambahnya. Misalnya kerusakan yang ada di paru-paru itu.

 

Demikian juga unsur anti bakteri di dalam jerohan protein itu: dapat membantu melindungi tubuh dari serangan bakteri. "Terutama saat tubuh sedang melemah karena bertarung melawan virus," ujar dr Karina.

 

"Rambut dr Karina itu keriting asli atau keriting buatan?" tanya saya.

 

"Hahaha.... Asli pak," jawabnya.

 

Dia kaget kok pertanyaan saya pindah ke soal rambutnya. Tapi siapa pun yang melihat rambut itu pasti goyang imannya. "Saya pernah mencoba luruskan, tapi tidak berhasil. Sekarang justru bersyukur malah jadi trademark," jawabnya.

 

Rasanya dr Karina memang tidak perlu mengubah rambut itu. Kalau pun diadakan survei nasional, pasti 99 persen setuju biar saja tetap keriting seperti itu.

 

"Rambut ibu saya juga keriting," ujar Dr Karina. "Sedang rambut ayah saya ikal," tambahnya.

 

Mungkin rambutnya itu yang membuat Dr Karina cerdas sekali. (Dahlan Iskan)

 

 

========================

 

 

.

 

Frequently Asked Questions (FAQs) mengenai aaPRP

 

1. Apa itu aaPRP ?

 

aaPRP adalah konsentrat protein yg berasal dari dalam trombosit kita sendiri.

 

2. Bagaimana cara pembuatan aaPRP?

 

- Darah pasien diambil sebanyak 20-25 cc (= 1.5 sendok makan) dengan cara seperti ambil darah untuk cek laboratorium (biasanya di lengan).

- Tabung darah disiapkan khusus oleh HayandraLab

- Trombosit dipisahkan, lalu dipecahkan dg zat yg disiapkan khusus oleh HayandraLab.

- Protein2 yg keluar dari trombosit dimasukkan ke dalam cairan infus & siap diberikan ke pasien.

Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam.

 

3. Apakah teknik aaPRP ini aman untuk berbagai usia & berbagai kondisi kesehatan?

 

Teknik aaPRP ini aman krn berasal dari tubuh sendiri & tidak diproses dg zat yg berasal dari hewan.

Publikasi ilmiah tentang keamanan aaPRP pada 4.244 penyuntikan, ada pada link : https://www.jhsci.ba/ojs/index.php/jhsci/article/view/1276

 

 

4. Apa dasar pemikiran aaPRP digunakan untuk pasien COVID-19?

 

Trombosit mengandung lebih dari 1.000 jenis protein; ada protein anti radang, protein pembangun (growth factors), bahkan zat anti bakteri. Protein anti radang dapat menanggulangi badai sitokin pada COVID-19, & di saat yg bersamaan, tubuh membangun sel2 yg dirusak virus (misalnya sel paru) dengan protein pembangun. Anti bakteri pada aaPRP dapat membantu melindungi tubuh dari serangan bakteri, saat tubuh sedang melemah krn bertarung melawan virus.

Makin cepat COVID teratasi & makin cepat sel2 tubuh yg rusak dibangun kembali, makin kecil resiko terjadinya gejala sisa (sekuele) pasca COVID.

 

5. Apakah sudah ada riset aaPRP pada pasien COVID?

 

- Hasil uji klinis fase 1-2 : https://www.hindawi.com/journals/iji/2021/5531873/

 

- Hasil penelitian pada kadar sitokin IL-1 beta pasien COVID : https://www.hindawi.com/journals/scientifica/2021/9427978/

 

- Laporan serial kasus : https://www.maejournal.com/article/potential-breakthrough-for-treating-severe-coronavirus-disease-2019-covid-19-patients-in-intensive-care-unit-the-use-of-autologous-activated-platelet-rich-plasma-in-serial-cases-of-indonesian-patients

 

 

6. Berapa kali aaPRP harus diberikan?

 

aaPRP aman diberikan sampai berkali2, krn berasal dari darah pasien sendiri. Berapa banyaknya terapi yg diberikan sangat bergantung dari gejala yg tampak di pasien.

 

Dari pengalaman kami selama ini :

- OTG & ringan : biasanya cukup 1x

- Ringan, namun gejala lambat menghilang : biasanya 2x

- Sedang, dirawat di rawat inap RS : biasanya 2-3x

- Berat-kritis di mesin bantu nafas, dirawat di ICU RS : biasanya 3-5x

Jarak pemberian aaPRP bisa setiap hari ataupun selang 1 hari, tergantung juga dari seberapa cepat pasien membaik.

 

Prosesing bisa di Klinik Moegni atai Klinik Hayandra

 

Teman2 , just ikutan share.

Karena mungkin sulit mencari donor plasma, sebetulnya sekarang bisa digantikan dengan teknik Platelet Rich Plasma (plasma dari penderita sendiri) diproses untuk mengaktifkan Growth Factors yang ada di trombosit kita. Kemudian diinfuskan kembali.  Adik iparku dr Karina (Sanur 92) sudah melakukan pengembangan teknik ini dan sdh berjalan uji klinisnya.

Hasilnya pun bagus pada pasien2 ICU dg covid berat mayoritas pada membaik.

 

Jadi monggo ini bisa sebagai pilihan yang lebih simpel dan aman.  😊🙏

 

Bisa ke Pendaftaran

021- 3160757 /

WA 0811 927 0045

Klinik Moegni Menteng

 

Senin- jumat 9.30- 16.00,

Sabtu 9.30-14.00.

Khusus Minggu 09.00-12.00.

Mohon info aja sehari sblmnya. 🙏

 

Kl ringan gejalanya mungkin 1-2x saja,

kl sedang 2-3x,

kl berat 3-5x.

 

Ini sangat bagus, dlm arti :

resikonya rendah,

thd efek samping hampir nihil,

prosesnya cepat 2 sd 3 jam.

 

SEMOGA BERMANFAAT

 

Harapan Karina - 02 August 2021

Oleh : Dahlan Iskan